Prestasi atlet dalam suatu kompetisi sangat dipengaruhi oleh performanya. Faktor latihan, lingkungan, dan nutrisi merupakan beberapa faktor yang berpengaruh pada performa atlet. Nutrisi yang diperoleh atlet dapat berasal dari makanan dan minuman. Selain itu, penggunaan suplemen/obat-obatan (doping) juga dapat dilakukan, guna mendukung performa atlet ketika pertandingan.

Suplemen/doping mengandung zat gizi atau zat non gizi tertentu dalam jumlah yang cukup tinggi, yang berperan untuk meningkatkan kondisi fisik atlet. Jumlah dan jenis kandungan suplemen/doping tergantung dari fungsi dari penggunaan suplemen itu. Penggunaan suplemen/obat-obatan oleh atlet dapat disebabkan oleh tiga hal, seperti motivasi untuk meningkatkan prestasi, sebagai sarana untuk mengatasi kecemasan sebelum pertandingan, dan karena pengaruh sosial untuk merayakan kemenangan. Motivasi ini menyebabkan kesalahan dalam memahami kegunaan suplemen/doping.

Padahal, saat ini, sudah mulai muncul berbagai larangan dan pembatasan konsumsi suplemen/obat-obatan tertentu yang biasanya dikonsumsi oleh atlet untuk meningkatkan perfomanya. Suplemen-suplemen yang mulai dibatasi/dilarang untuk dikonsumsi oleh atlet yaitu:

(sumber: https://openlab.citytech.cuny.edu/studentcommunityteam/caffeine-oncampus/)

(sumber: https://openlab.citytech.cuny.edu/studentcommunityteam/caffeine-oncampus/)

  1. Kafein

Kafein merupakan zat yang paling umum dikonsumsi oleh berbagai kalangan, termasuk oleh atlet. Kafein dapat dijumpai pada kopi, teh, soft drinks, coklat, dan beberapa jenis makanan dan obat-obatan. Cafein mempunyai efek stimulant pada sistem saraf pusat yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan, meningkatkan mobilitas asam lemak, dan meningkatkan penggunaan trigliserid tetapi masih belum jelas bagaimana kinerjanya. Tetapi, apabila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebih, kafein dapat menimbulkan efek samping seperti kecemasan, insomnia, tremor, diare dan diuresis. Pada atlet, efek diuresis dapat meningkatkan risiko dehidrasi terutama saat kompetisi di lingkungan yang panas.

(sumber: http://www.thejournal.ie/alcohol-ban-sports-report-973754-Jul2013/)

(sumber: http://www.thejournal.ie/alcohol-ban-sports-report-973754-Jul2013/)

  1. Alkohol

Beberapa orang memandang bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah tertentu dapat meningkatkan produksi energi selama kompetisi dan mengurangi tremor otot. Alcohol juga dikonsumsi beberapa atlet karena mempunyai efek dalam mengurangi kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, dan meningkatkan kewaspadaan ketika pertandingan. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, alcohol dapat menyebabkan kerusakan hati, penyakit komplikasi akibat beratnya kerja organ dalam mencerna alcohol, dehidrasi akibat kehilangan cairan berlebihan dari urin, serta kematian.

  1. Amfetamin

Amfetamin, disebut juga “pep pills”, juga mempunyai peranan pada sistem saraf pusat manusia. amfetamin mempunyai efek yang mirip dengan katekolamin, yaitu meningkatkan fungsi saraf simpatetik, seperti meningkatkan heart rate, tekanan darah, cardiac output, respiratory rate, metabolisme, dan glikolisis. Amfetamin juga diketahui dapat meningkatkan kewaspadaan, kepercayadirian, dan mengurangi kelelahan otot. Terlepas dari manfaatnya, penggunaan amfetamin dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping, seperti insomnia, kecemasan akut, rasa nervous, turunnya berat badan, perilaku yang agresif, dan efek psikologis ataupun fisiologis lain yang dapat menurunkan performa atlet.

  1. Kokain

Kokain juga merupakan obat-obatan yang mempunyai efek stimulant terhadap sistem saraf pusat. Kokain dapat diperoleh dengan cara merokok, menghirup, atau secara intravena. Konsumsi kokain memberikan efek sensasi euphoria, meningkatkan kepercayadirian, motivasi, dan beberapa atlet mempercayai bahwa kokain dapat memberikan efek ergogenik. Sama seperti amfetamin, kokain juga meningkatkan kewaspadaan dan lebih enerjik. Kebiasaan mengonsumsi kokain dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan efek psikologis (kecemasan, kegelisahan, dan paranoid), serta efek fisiologis (aritmia, hipertensi, dan kematian).

  1. Diuretics

Obat-obatan jenis ini biasanya digunakan untuk mengontrol tekanan darah, serta mengurangi kadar air dalam tubuh. obat-obatan ini sering digunakan oleh atlet weight sport yang berkonsentrasi pada pengaturan berat badan pada kompetisinya. Pada penelitian tentang performa, penggunaan obat diuretics jangka panjang dapat menyebabkan dehidrasi yang juga dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.

 

Selain itu, masih banyak lagi doping yang mulai dilarang penggunaannya oleh WADA (World Anti Doping America) (you can see the list in http://www.usada.org/wp-content/uploads/wada-2016-prohibited-list-en.pdf). Performa atlet dapat ditingkatkan dengan kombinasi yang tepat antara latihan, penyesuaian dengan lingkungan serta faktor nutrisi dari makanan dan minuman yang terukur dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing atlet.

 

Semoga bermanfaat!

 

Referensi:

Wolinsky, Ira dan Driskell, Judy A (ed). (2001). Nutritional Applications in Exercise and Sport. USA: CRC Press LLC.

http://www.usada.org/wp-content/uploads/wada-2016-prohibited-list-en.pdf